Mendaki gunung atau berkegiatan di alam terbuka pada hakikatnya sama dengan mencari sebuah kesejatian hidup yang hakiki, karena ketika kita melakukannya, semua hal tentang pelajaran atas nilai nilai kehidupan akan ditemui dalam perjalanannya baik itu tantangan, ujian, hikmah, latihan emosi sampai kepada pembentukan karakter.
Gunung serta alam merupakan sahabat yang baik jika kita tahu bagaimana caranya bersahabat dengannya, bahkan hutannya serta bagian-bagiannya bisa membantu dan menjadikan jalan keluar ketika kita sedang menghadapi masalah didalamnya. Kuncinya adalah membangun pikiran positif, mulai dari kita merencanakan niat untuk melaksanakan perjalanan pendakian sampai pada saat perjalanan itu sendiri. Dengan membangun pikiran yang positif maka segala hal akan kita upayakan yang terbaik untuk menyiapkan segala sesuatunya, baik dari sisi persiapan fisik, perlengkapan, sampai kepada menyikapi hal-hal terkait dengan mitos, adat maupun budaya kearifan lokal.
Membangun pemikiran positif dapat membantu diri kita terhindar dari bayang-bayang mitos dan mistis suatu tempat, dan bisa juga menempatkan dengan baik apakah mitos atau mistis merupakan sebuah bentuk pesan untuk menjaga konservasi, kelestarian alam, dan juga sikap kehati-hatian dalam bersikap termasuk menghindari dari perbuatan vandalisme, sehingga kita akan selalu bijak dan proposional dalam menentukan sebuah keputusan ataupun sikap.
Satu waktu saya pernah ditanya oleh seorang teman wanita yang saat itu dia sedang dalam persiapan mendaki gunung cermai via Apuy.
“Bang gw ga jadi naik, ga boleh sama bang iwan, katanya disana cewek haid ga boleh naik soalnya mistisnya begitu khawatir kenapa kenapa nanti dijalur bang, gimana menurut bang Agus?”
Saya menjawab, menurut saya ada dua hal penting yang harus difahami lebih dulu pertama, tidak ada masalah wanita yang sedang haid untuk lanjut meneruskan pendakian dengan catatan, kondisi fisiknya dalam keadaan yang baik sehat, bersemangat, memiliki keyakinan dan pikiran positif, mengerti adab dan cara membersihkan, menyimpan dan mengganti pembalut, memiliki perlengkapan yang lengkap, bisa mengukur diri dan faham akan manajemen perjalanan, Insya Allah jika semua poin itu ada maka perjalanan akan berjalan baik dan tetap bisa menikmati alam dengan seksama.
Kedua, bisa menjadi masalah jika kamu atau seseorang sedang haid, adakah efek bawaan secara medis yang biasa terjadi ketika haid berlangsung menurut kebiasaan, karena yang paling mengenal diri kamu itu ya kamu sendiri. Misalnya kamu kalau lagi sedang haid tubuh suka tiba tiba drop, suka nyeri dan kram perut berkepanjangan, disorientasi, atau ketika sedang haid suka muncul emosi yang tidak stabil dan over control, maupun sensitivitas yang berlebihan.
Nah dalam dua hal yang saya sebutkan tadi, Saat ini dimana posisi kamu berada, jika terjadi pada kondisi yang kedua, sebaiknya kamu tidak melanjutkan perjalanan karena akan selain mengganggu pergerakan tim juga akan menyusahkan diri sendiri terkait potensi sakit atau gangguan fungsi tubuh lantaran efek haid itu, untuk amannya karena alasan inilah kamu sebaiknya membatalkan perjalanan pendakian.
Jadi pesan atau kerangka berfikir seperti itulah yang harus kita tanamkan kepada orang yang bertanya untuk memberikan penguatan sehingga untuk lain kesempatan dia bisa melakukannya lagi dengan pikiran positif yang sudah difahami, bukannya kita malah menguatkan pesan mitos maupun mistis dari cerita berkembang, jika itu terjadi maka gunung yang teramat indah ini akan menjadi obyek yang sangat tidak bersahabat dan menakutkan karena perspektif yang salah.
Membangun pikiran positif memuat kita bisa berfikir dengan obyektif dan bijak, yakin semua yang terhampar di gunung menjadi Kuasa Allah SWT. Ketika kita yakin dengan niat baik dan tujuan baik kita mendaki maka kita akan bertemu dengan hal-hal baik dan bersahabat.
Contoh lain misalnya, di gunung slamet jawa tengah via jalur bambangan ada pos yang dikenal oleh masyarakat setempat bahkan banyak pendaki sebagai pos yang penuh dengan mistis yaitu Pos 4 bernama Samarantu. Saya tidak menceritakan mistis apa yang ada disana, karena jika kita browsing akan banyak sekali keluar cerita-cerita yg terjadi di pos tersebut, namun saya menekankan ketika kita sudah terbangun pemikiran positif maka semua cerita tersebut akan menjadi khazanah cerita yang ada jalur pendakian bukan berarti menafikannya. Ketika saya sampai dan berada di Pos 4 Samarantu dalam keadaan sepi dan menjelang sore, ya seperti apa adanya saja yang bisa dilakukan disana, beristirahat, makan bahkan saya sempat sholat disana kemudian menikmati setiap hembusan udaranya, rimbunan hutan disekelilingnya dengan sepenuhnya penghayatan. Pesan mistis di pos ini bagi saya menjadikan parameter pesan yang kuat bagi para pendaki agar fokus dan terus menjaga konsistensi sikap untuk senantiasa waspada, menjaga adab, kelestarian, seperti apa yang sudah dilakukan sejak dari pos pertama pendakian sampai ke Pos 4 Samarantu ini dan kemudian mempertahankannya sampai ke pos pos selanjutnya hingga ke puncak.
Ketika dalam kondisi tersesat, pemikiran positif bisa membimbing kita untuk mengeluarkan keputusan yang terbaik juga terhindar dari kepanikan. Salah satu faktor pendaki yang tidak tertolong ketika tersesat adalah kepanikan, padahal dengan ketenangan dan kontrol pikiran yang baik, akan terlihat bahwa hutan juga sesungguhnya menyediakan makanan buat kita, menyediakan tempat berlindung, dan juga secara perlahan bisa mengarahkan kepada jalan keluar dari kondisi yang tersesat dan memperbesar potensi untuk lebih lama bertahan hidup saat survival didalamnyanya, untuk bisa selamat baik dari bantuan yang datang maupun menemukan dengan jalan keluarnya sendiri.
oleh karena itu, pemikiran positif yang sudah dibangun dari awal menjadi sangat mendasar karena akan terus melahirkan kerangka berfikir yang baik, fokus dan penuh kehati-hatian, sehingga dalam setiap langkah yang kita jajaki bisa terus merasakan bahwa gunung dan alam ini adalah sahabat yang menyenangkan.
Agus Setiawan
Bushcraft Indonesia
Bushcraft Indonesia